WANITA PENGASUH RASULULLAH SAW


Dalam tradisi dimakkah ada satu kebiasaan dikalangan kaum ibu untuk menyusui anaknya dan dibesarkan oleh masyarakat pedesaan. Hal ini berlanjut hingga pada bulan rabiul awal tahun 571 M. saat itu serombongan kaum ibu dari perkampungan Badui menawarkan air susu mereka pada bayi-bayi masyarakat makkah. Salah satu diantara mereka, dipercaya untuk menyusui seorang bayi yang kelak akan dijadikan seorang rasul, Muhammad SAW. Dialah Halimah As Sa’diah.


Nama aslinya adalah Halimah binti Zu’aib, kata Halimah juga memiliki arti lemah lembut, karena ia berada dari keluarga bani Sya’ad, maka orang lebih mengenalnya dengan Halimah As Sa’diah (Halimah yang berasal dari Bani Sa’ad). Bani Saad merupakan salah satu suku terbesar dari Suku-Suku Badui Hawazin, yang terletak 170 KM ditimur kota Makkah. Perkampungan bani saad yang gersang tidak cocok untuk pertanian, itulah yang menyebabkan kaum badui bermata pencaharian sebagai pengembala kambing dan onta.

Kekeringan yang sering melanda kampung Badui Hawazin, membuat mereka mencari alternative nafkah agar dapat bertahan hidup, termasuk kaum ibu hawazin yang menawarkan air susunya kepada bayi bayi masyarakat makkah, serta pengasuhan yang dilakukan di perkapungan Badui Hawazin.

Bersama rombongan dan keluarganya, halimah As Sa’diah berangkat ke makkah. Sesampai dimakkah. keberuntungan tak kunjung berpihak kepada halimah, kecuali seorang bayi yatim yang justru membuatnya ragu.
Abd. Muthalib : Wahai ibu! Apakah kamu dari bani Sa’ad?
Halimah : Ya! Aku Halimah binti Abu Zu’aib, dan ini Haris suamiku.
Abd. Muthalib : anakku Muhammad adalah seorang yatim, ayahnya meninggal ketika ia masih dalam kandungan, demi Allah aku tidak suka berpisah dengannya, dia itu bayi yang membawa berkah, bawa dan susuilah dia, demi llah aku lebih suka jika dia disusui oleh Bani Sa’ad
Halimah : dia yatim wahai kakek? Apa yang bisa kulakukan padanya?
Abd. Muthalib : aku takut dia tercemar kehidupan kota Makkah, demi Allah aku tidak bisa memberinya pada suku lain. Aku harus menitipkannya untuk disusui seperti tradisi Arab. Sampai dia sehat dan kuat, ini juga akan menjadi suatu kebaikan bagi kami.
Haris : apa yang bisa kami lakukan pada anak yatim ini wahai paman? Kami ini orang miskin yang tinggal diwilayah gersang, selalu begitu dari tahun ke tahun. Tidak ada makanan yang bisa dimasak sekalipun itu daging, ternak kami tidak mengahasilkan susu karena kurus.

Dan ketika itu anak Halimah As Sa’diah menangis dengan sangat keras, lalu Abdul Muthalib menanyakan
Abd. Muthalib : apakah dia anakmu? Cucuku Muhammad butuh susuan. Ambil dia, susui dan anggaplah sebagai saudara dari anakmu.
Halimah : demi Allah aku tidak suka hidup miskin, sedangkan engkau seorang pemimpin terkemuka. Lalu aku harus bilang apa lagi wahai paman? Lihatlah anakku dia menangis kelaparan. Dan aku juga memiliki hutang pada orang kaya, aku tak tau lagi apa yang harus aku lakukan.
Abd. Muthalib : baiklah, semoga engkau mendapatkan apa yang kau inginkan.

Lalu Halimah dan suaminya pergi. Namun Halimah As Sa’diah  diliputi perasaan bimbang dan ragu, lalu ia memutuskan untuk kembali dan mengasuh Muhammad, dan mengatakan pada suaminya “demi Allah, aku tidak suka kembali jika tidak membawa anak susuan, aku akan mengambil anak yatim itu”.
Sebelum Abd. Muthalib memberikan dua benda untuk membayar Halimah sebagai ibu susu Muhammad yang katanya cukup untuk satu masa, namun tak disebutkan jumlahnya.

Tanpa diduga, bayi yang pertama ia tolak menjadi sumber keberkahan bagi dirinya (Halimah As Sa’diah). Keberkahan yang terus menerus dirasakan selama Muhammad dalam asuhan keluarga halimah. Hal yang pertama sekali dirasakan adalah ketika halimah pulang ke kampung Badui Hawazin dengan menunggangi keledai tua dan renta, namun keledai itu menjadi sangat kuat berbeda dengan saat ia berangkat dari Badui ke kota Makkah, padahal itu adalah keledai yang sama.

Dengan rasa bertanggungjawab dan amanah, Halimah menyusi dan membesarkan Muhammad dengan baik dari hari kehari. Keberkahan terus dirasakan oleh Halimah dan keluarganya, ternak mereka menadi banyak, sehat, dan menghasilkan banyak susu, tidak ada satu orang pun yang memiliki hasil ternah seperti Halimah.

Ketika seorang perempuan menyusui seorang bayi, bukan hanya susunya yang mengalir pada bayi tersebut, melainkan akhlak dan pribadi wanita itu juga ikut mengalir pada sang bayi susuan, maka Halimah As Sa’diah pasti adalah orang baik yang dipilih Allah untuk menyusui seorang Rasulullah SAW.

Hingga sampai waktunya Halimah untuk mengembalikan Muhammad pa da keluarga nya, pada saat itu sudah genap dua tahun lamnya Muhammad bersama Halimah As Sa’diah. Namun Halimah merasa berat untuk melepaskan Muhammad kepada keluarganya. Mengetahui isi hati Halimah, ibu kandung Rasulullah, Aminah binti Wahab mengizinkan Halimah untuk membawa Muhammad kembali bersamanya. Halimah pun sangat gembira medengar perkataan Aminah tersebut. Dan Halimah pun membawa kembali Muhammad ke kampun Badui Hawazin.

Menagapa Aminah memerikan kembali Muhammad kepada Halimah untuk dibawa ke kampung Badui Hawazin, yang pertama karena udara di kampung Badui tersebut sangat sejuk karena berada dipegunungan, yang sangat baik dan sehat untuk pertumbuhan seorang bayi. Berbeda dengan Makkah, yang berda didaerah lembah, yang letaknya paling bawah dikanan-kirinya adalah gunung. Yang kedua adalah bahasa, semakin ke pedalamaman maka semakin fasihnya bahasa tersebut begitu sebaliknya.

Di usia keempat Muhammad, keluarga halimah dikejutkan oleh peristiwa aneh yang menimpa Muhammad, yang dikenal dengan peristiwa pembelahan dada Muhammad. Halimah sangat khawatir terjadi sesuatu pada Muhammad, ia langsung mengmbalikan Muhammad kepada keluarganya. Ia menceritakan apa yang terjadi.
Setelah mengembalikan Muhammad kepada keluarganya, Halimah putus hubungan dengan Muhammad hingga Muhammad berusia 25 tahun dan telah menikah dengan Khadijah binti Kuwalid.

Pada saat Bani Sa’ad ditimpa kekeringan, Halimah datang menemui Rasulullah dan meminta bantuan pada beliau, kemuadian Rasulullah meminta izin pada Khadijah untuk berankat bersama Halimah As Sa’diah sang ibu susuan, dan memberikan bantuan 40 ekor kambing, itulah bentuk pengabdian beliau terhadap ibu susuannya. Dan dlam islam dikatakan bahwa “susuan itu adalah daging seperti daging nashab” maka penghormatannya pun sama dengan hormat anak kepada orangtua.

Hingga dibalah berita kerasulan Muhammad, dan Halimah pun mendengarnya, dan dengan tekad serta keyakinan yang kuat menyatakan keimanannya, meski pada saat itu suku Badui Hawazin belum tergerak untuk mengakui kerasulan Muhammad.

Tidak banyak riwayat yang menceritakan riwayat Halimah, akan tetapi banyak yang mengatakan Halimah diberi usia yang panjang oleh Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAMZAH SANG SINGA ALLAH

ACEH DAN LIBERALISME