WANITA PENGASUH RASULULLAH SAW
Kekeringan yang sering melanda
kampung Badui Hawazin, membuat mereka mencari alternative nafkah agar dapat
bertahan hidup, termasuk kaum ibu hawazin yang menawarkan air susunya kepada
bayi bayi masyarakat makkah, serta pengasuhan yang dilakukan di perkapungan
Badui Hawazin.
Bersama rombongan dan
keluarganya, halimah As Sa’diah berangkat ke makkah. Sesampai dimakkah.
keberuntungan tak kunjung berpihak kepada halimah, kecuali seorang bayi yatim
yang justru membuatnya ragu.
Abd. Muthalib : Wahai ibu! Apakah
kamu dari bani Sa’ad?
Halimah : Ya! Aku Halimah binti
Abu Zu’aib, dan ini Haris suamiku.
Abd. Muthalib : anakku Muhammad
adalah seorang yatim, ayahnya meninggal ketika ia masih dalam kandungan, demi
Allah aku tidak suka berpisah dengannya, dia itu bayi yang membawa berkah, bawa
dan susuilah dia, demi llah aku lebih suka jika dia disusui oleh Bani Sa’ad
Halimah : dia yatim wahai kakek?
Apa yang bisa kulakukan padanya?
Abd. Muthalib : aku takut dia
tercemar kehidupan kota Makkah, demi Allah aku tidak bisa memberinya pada suku
lain. Aku harus menitipkannya untuk disusui seperti tradisi Arab. Sampai dia
sehat dan kuat, ini juga akan menjadi suatu kebaikan bagi kami.
Haris : apa yang bisa kami
lakukan pada anak yatim ini wahai paman? Kami ini orang miskin yang tinggal
diwilayah gersang, selalu begitu dari tahun ke tahun. Tidak ada makanan yang
bisa dimasak sekalipun itu daging, ternak kami tidak mengahasilkan susu karena
kurus.
Dan ketika itu anak Halimah As Sa’diah
menangis dengan sangat keras, lalu Abdul Muthalib menanyakan
Abd. Muthalib : apakah dia
anakmu? Cucuku Muhammad butuh susuan. Ambil dia, susui dan anggaplah sebagai
saudara dari anakmu.
Halimah : demi Allah aku tidak
suka hidup miskin, sedangkan engkau seorang pemimpin terkemuka. Lalu aku harus
bilang apa lagi wahai paman? Lihatlah anakku dia menangis kelaparan. Dan aku
juga memiliki hutang pada orang kaya, aku tak tau lagi apa yang harus aku
lakukan.
Abd. Muthalib : baiklah, semoga
engkau mendapatkan apa yang kau inginkan.
Lalu Halimah dan suaminya pergi.
Namun Halimah As Sa’diah diliputi
perasaan bimbang dan ragu, lalu ia memutuskan untuk kembali dan mengasuh
Muhammad, dan mengatakan pada suaminya “demi Allah, aku tidak suka kembali jika
tidak membawa anak susuan, aku akan mengambil anak yatim itu”.
Sebelum Abd. Muthalib memberikan
dua benda untuk membayar Halimah sebagai ibu susu Muhammad yang katanya cukup
untuk satu masa, namun tak disebutkan jumlahnya.
Tanpa diduga, bayi yang pertama
ia tolak menjadi sumber keberkahan bagi dirinya (Halimah As Sa’diah).
Keberkahan yang terus menerus dirasakan selama Muhammad dalam asuhan keluarga
halimah. Hal yang pertama sekali dirasakan adalah ketika halimah pulang ke
kampung Badui Hawazin dengan menunggangi keledai tua dan renta, namun keledai
itu menjadi sangat kuat berbeda dengan saat ia berangkat dari Badui ke kota
Makkah, padahal itu adalah keledai yang sama.
Dengan rasa bertanggungjawab dan
amanah, Halimah menyusi dan membesarkan Muhammad dengan baik dari hari kehari.
Keberkahan terus dirasakan oleh Halimah dan keluarganya, ternak mereka menadi
banyak, sehat, dan menghasilkan banyak susu, tidak ada satu orang pun yang
memiliki hasil ternah seperti Halimah.
Ketika seorang perempuan menyusui
seorang bayi, bukan hanya susunya yang mengalir pada bayi tersebut, melainkan
akhlak dan pribadi wanita itu juga ikut mengalir pada sang bayi susuan, maka
Halimah As Sa’diah pasti adalah orang baik yang dipilih Allah untuk menyusui
seorang Rasulullah SAW.
Hingga sampai waktunya Halimah
untuk mengembalikan Muhammad pa da keluarga nya, pada saat itu sudah genap dua
tahun lamnya Muhammad bersama Halimah As Sa’diah. Namun Halimah merasa berat
untuk melepaskan Muhammad kepada keluarganya. Mengetahui isi hati Halimah, ibu
kandung Rasulullah, Aminah binti Wahab mengizinkan Halimah untuk membawa
Muhammad kembali bersamanya. Halimah pun sangat gembira medengar perkataan
Aminah tersebut. Dan Halimah pun membawa kembali Muhammad ke kampun Badui
Hawazin.
Menagapa Aminah memerikan kembali
Muhammad kepada Halimah untuk dibawa ke kampung Badui Hawazin, yang pertama
karena udara di kampung Badui tersebut sangat sejuk karena berada dipegunungan,
yang sangat baik dan sehat untuk pertumbuhan seorang bayi. Berbeda dengan
Makkah, yang berda didaerah lembah, yang letaknya paling bawah dikanan-kirinya
adalah gunung. Yang kedua adalah bahasa, semakin ke pedalamaman maka semakin
fasihnya bahasa tersebut begitu sebaliknya.
Di usia keempat Muhammad,
keluarga halimah dikejutkan oleh peristiwa aneh yang menimpa Muhammad, yang
dikenal dengan peristiwa pembelahan dada Muhammad. Halimah sangat khawatir
terjadi sesuatu pada Muhammad, ia langsung mengmbalikan Muhammad kepada
keluarganya. Ia menceritakan apa yang terjadi.
Setelah mengembalikan Muhammad
kepada keluarganya, Halimah putus hubungan dengan Muhammad hingga Muhammad
berusia 25 tahun dan telah menikah dengan Khadijah binti Kuwalid.
Pada saat Bani Sa’ad ditimpa
kekeringan, Halimah datang menemui Rasulullah dan meminta bantuan pada beliau,
kemuadian Rasulullah meminta izin pada Khadijah untuk berankat bersama Halimah
As Sa’diah sang ibu susuan, dan memberikan bantuan 40 ekor kambing, itulah
bentuk pengabdian beliau terhadap ibu susuannya. Dan dlam islam dikatakan bahwa
“susuan itu adalah daging seperti daging nashab” maka penghormatannya pun sama
dengan hormat anak kepada orangtua.
Hingga dibalah berita kerasulan
Muhammad, dan Halimah pun mendengarnya, dan dengan tekad serta keyakinan yang
kuat menyatakan keimanannya, meski pada saat itu suku Badui Hawazin belum
tergerak untuk mengakui kerasulan Muhammad.
Tidak banyak riwayat yang
menceritakan riwayat Halimah, akan tetapi banyak yang mengatakan Halimah diberi
usia yang panjang oleh Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar